Selasa 22 Juli 2008 pukul 14.15 pesawat Lion Air membawa saya beserta para penumpang lainnya ke Jakarta. Tujuan perjalanan saya adalah Yogya. Namun, saya harus transit terlebih dahulu di Jakarta. Perjalanan dari Palembang ke Jakarta ditempuh dalam waktu 50 menit. Selama masa transit di Jakarta, saya memanfaatkan waktu untuk menelpon saudara-saudara dan teman saya. Lalu saya menyalakan laptop, mencoba mencari hotspot untuk sekadar melihat-lihat blog. Tapi saya kecewa sekali karena sinyal hotspot yang saya terima sangat lemah sehingga saya gagal melakukan koneksi. Ini berbeda sekali ketika saya menunggu pesawat di ruang tunggu bandara di Palembang. Sinyal hotspot sangat kuat dan saya bisa browsing sembari menantikan waktu keberangkatan.
Pukul 17.00 saya sudah berada di dalam pesawat yang akan membawa para penumpang ke Yogya. Perjalanan udara dari Palembang ke Yogya ini sangat lancar. Tidak ada halangan apapun. Apalagi cuaca sangat cerah. Dari dalam pesawat saya bisa melihat gumpalan-gumpalan awan putih di bawah.
Lima puluh menit kemudian pesawat sudah tiba di Bandara Adi Sutjipto Yogyakarta. Saudara-saudara saya beserta keponakan-keponakan saya sudah menunggu di ruang tunggu bandara tersebut. Ah… akhirnya saya berada di Yogya lagi! Sudah 7 tahun tidak mengunjungi Yogya. Sebelumnya saya telah beberapa kali datang ke Daerah Istimewa ini.
Senang sekali rasanya bisa bertemu dan berkumpul kembali bersama saudara-saudara dan keponakan-keponakan. Kami berbincang, bercanda, dan bernyanyi. Kami juga sempat melihat beberapa sudut daerah Yogyakarta. Banyak sekali perubahan yang terjadi dibandingkan 7 tahun yang lalu.
Minggu 27 Juli 2008 kami mengunjungi Pantai Parang Tritis atau yang lebih dikenal sebagai Paris. Pada awalnya saya bingung ketika keponakan saya mengajak saya ke Paris. Saya belum nyambung. Akhirnya keponakan saya menjelaskan bahwa Paris itu singkatan dari Parang Tritis. Macam-macam saja! Kalau di Palembang Paris berarti ‘parak sinilah’ (atau dalam bahasa Indonesia ‘dekat sinilah’). Di Pantai Parang Tritis ini saya bisa melihat ombak besar bergulung-gulung. Selama ini saya cuma bisa menyaksikan ombak Parang Tritis di televisi. Gundukan-gundukan pasir ada di sana-sini. Anak-anak, termasuk keponakan saya, bermain-main di pantai sehingga tubuhnya basah dan kotor karena dipenuhi pasir. Pantai Parang Tritis adalah salah satu objek wisata yang potensial. Tapi sayangnya… menurut saya tempat wisata ini belum dikelola dengan baik. Peran pemerintah daerah sangat diperlukan agar tempat wisata ini terlihat lebih indah dan rapi.